Orang Indonesia dan Kulturnya

Ah! Rambutku mulai kusut. Hatiku demikian. Jam bergerak lamban sekali. Tembok hitam Lattente Cafe di Palermo ini terasa menertawaiku. Dua barista cekikikan menyiapkan pesanan. Tak ada yang peduli bahwa aku merasa sangat mengkal kepada satu orang.

Telunjukku mengetuk-ngetuk permukaan meja. Mengingat tujuanku berjonggol di sini. Apalagi kalau bukan minum kopi?  Flat White Lattente selalu terbaik dari sekian kafe di Buenos Aires. Lalu apakah aku sendirian? di hari-hari kemarin mungkin iya, sekarang aku akan bertemu dengan orang yang menarik! Tapi tak muncul-muncul batang hidungnya. Huft.

Aku sengaja duduk membelakangi pintu masuk. Kafe ini transparan dari depan. Jendelanya selebar pintu dikali dua dan hanya ditempel stiker nama kafe. Meski demikian, meja-meja makin terisi obrolan. Sedang mulutku makin menutup rapat. Flat White yang sudah dingin segera tanggal.

"Lattente Cafe. Jam delapan pagi."

"Sampai jumpa di sana."

Obrolan terakhirku dengannya di salah satu aplikasi kencan terpopuler itu terus kubaca ulang. Kuketahui dia juga orang Indonesia. Senyumku mengulum tipis kala aku mencocok-cocokannya dengan takdir. Bahkan berada di negara lain kalau sudah jodoh pasti bertemu, bukan? Ah, tak sabar melihat dia secara langsung. Dengan melamun begini mungkin bisa mempercepat waktu.

Kringg...

Lonceng kecil itu berbunyi. Ada orang masuk. Bayangannya memanjang sampai ke tempat dudukku. Dan kenapa jantungku memompa semakin cepat? Ah ini pasti dia, siluet pakaiannya sesuai deskripsi yang dia berikan. Model rambutnya persis di foto. Keriting besar sedikit panjang. Ini sudah lewat tiga puluh lima menit dari waktu yang kita sepakati. Aku membenarkan posisi duduk. Berharap dia mengagetiku atau setidaknya menyapaku dari belakang karena aku sudah memberi tahu ciri pakaian yang kukenakan juga. Gugup sekali aku, oh aku hitung mundur saja.
Semenit.
Dua menit.
Tiga menit.
Satu jam.
Dia tak pernah datang.
Bajing sialan!
Orang Indonesia sama saja di mana-mana!


Jogja, akhir tahun 2020.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Di Atas Meja

Z

Setengah Sebelas Malam