Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2020

Tidak Ada Obat Rindu, Kecuali Bertemu

  Aktivitasku belakangan ini hanya rindu. Untuk itu, besok aku akan mengunjungimu, Wit. *** Witri, hari ini aku akan berangkat menggunakan bus patas Haryanto langsung menuju kotamu. Jogja. Sejak semalam, aku sulit memejamkan mata memikirkan apa yang harus kubawa untukmu. Semarang begitu-begitu saja, Wit. Yang dikenal orang hanya Lawang Sewu dan udara panas. Padahal, asal-usul nama Semarang juga menarik. Semenarik dulu saat kita pertama berbincang dan kamu tertawa dengan guyonanku tentang permen karet yang sebenarnya adalah getah pohon dimasukkan mulut. Wit, saat itu, Semarang lantas menciut tersaingi cantikmu. Aku tidak berusaha menggombal. Hanya saja, naluri memuji itu datang untuk menguatkan saat seorang sedang merasa rindu. Atau justru untuk menambah nuansa berenang semakin dalam di kolam kerinduan. Aku lebih suka pengakuan pertama.  Wit, aku sudah di terminal Bayangan Sukun. Terminal kecil yang padat. Tidak ada tempat yang cukup layak untuk menunggu di sini. Bangunan kokoh hanya em

Halaman Baru di Buku yang Sama

  Setelah satu halamanmu terbuka lagi, segera saja ada paku seperti terinjak kaki. Kau tahu? Rasa nyerinya sampai hati. Lebih buruk karena melewati kaki dahulu. Dua lokasi cidera. Sama-sama bagian tubuh. Sama-sama melilit perih. Cuma berbeda obatnya. Jika kaki bisa dioles antiseptik, hati bisa apa? Jangan bilang waktu obatnya. Bahkan waktu pun tak mau menjamin. Sebutkan saja obat paling manjur. Biar aku beli dengan semua uang yang kumiliki. "Ayo pergi ke pantai!" "Ah, lain kali saja." "Kenapa? Biasanya ka m u semangat untuk hal ini" "Sekarang tidak lagi"