Tidak Ada Obat Rindu, Kecuali Bertemu
Aktivitasku belakangan ini hanya rindu. Untuk itu, besok aku akan mengunjungimu, Wit. *** Witri, hari ini aku akan berangkat menggunakan bus patas Haryanto langsung menuju kotamu. Jogja. Sejak semalam, aku sulit memejamkan mata memikirkan apa yang harus kubawa untukmu. Semarang begitu-begitu saja, Wit. Yang dikenal orang hanya Lawang Sewu dan udara panas. Padahal, asal-usul nama Semarang juga menarik. Semenarik dulu saat kita pertama berbincang dan kamu tertawa dengan guyonanku tentang permen karet yang sebenarnya adalah getah pohon dimasukkan mulut. Wit, saat itu, Semarang lantas menciut tersaingi cantikmu. Aku tidak berusaha menggombal. Hanya saja, naluri memuji itu datang untuk menguatkan saat seorang sedang merasa rindu. Atau justru untuk menambah nuansa berenang semakin dalam di kolam kerinduan. Aku lebih suka pengakuan pertama. Wit, aku sudah di terminal Bayangan Sukun. Terminal kecil yang padat. Tidak ada tempat yang cukup layak untuk menunggu di sini. Bangunan kokoh...